Citizen Journalism-sebuah catatan dari pesta blogger 2009

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya bisa mengikuti pesta blogger 2009. Sebagai seorang newcomer yang belum tahu menahu dengan dunia blogging, saya merasa senang bisa turut meramaikan dan menimba ilmu pada breakout session.

pesta blogger 2009

Citizen journalism. Itulah breakout session yang saya ikuti, meskipun pada saat registrasi online bukan itu yang saya pilih. Setelah melihat list pembicara yang dipunyai seorang wartawan bernama Lia Christi (maaf jeung, kalo ejaannya salah hehe), tercantum dua nama yang akan mengisi sessi tersebut dan salah satunya adalah Pepih nugraha yang mana adalah admin kompasiana. Sebagai seorang kompasianer yang memang sedang ingin belajar dan mengetahui tentang citizen journalism, saya dengan mantap akhirnya memilih sesi tersebut. Acara yang berlangsung setelah istirahat ini dipandu oleh mas Amril yang juga seorang kompasianer. Nepotisme untuk sebuah kebaikan rupanya (moderator dan pemateri sama2 kompasianer hehehe…)

Pepih nugraha (kaos item), Amril G (kaos putih) dan Yulianti Farid (tebak aja yang mana hehe)

Pepih nugraha (kaos item), Amril G (kaos putih) dan Yulianti Farid (tebak aja yang mana hehe)

Reportase langsung dari seseorang yang bukan wartawan professional, demikianlah yang saya tangkap dari pengertian citizen journalism yang dibeberkan oleh Yulianti Farid, salah satu founding panyingkul.com yang sudah berhasil menelurkan beberapa buku yang diperlihatkan saat itu. Penjelasan kang Pepih Nugraha pun tidak kalah menariknya, bahwa citizen journalism ini lebih mengedepankan reportase dari sesuatu yang tidak diliput media mainstream yang terikat dengan aturan perusahaan. Sebagai seorang jurnalis, Yulianti dan Pepih pun ternyata melakukan citizen journalism. Mereka benar-benar melepaskan profesi mereka ketika menjadi citizen reporter, maksudnya mereka tidak menggunakan profesi kewartawanan mereka ketika menulis hal-hal yang tidak diliput oleh media mereka.

“Sebagai contoh citizen journalism, adalah yang dilakukan oleh Cut Puteri pada saat kejadian Tsunami Aceh. Jika beruntung, citizen reporter akan menjadi terkenal berkat liputan yang disajikan.” Demikian Yulianti Farid memberikan contoh citizen jurnalis.

Menjadi citizen journalist, tidak lah harus menjadi seorang opportunist yang hanya ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Maksudnya, hanya ingin meliput sesuatu yang kira-kira bakalan JEDANG, JEDENG, DHUAARRR alias meledak seperti halnya yang dilakukan Cut Puteri yang tiba-tiba terkenal. Meliput sesuatu yang hampir jarang diliput pun, bisa jadi akan “menggoyang” media mainstream jika memang apa yang anda sajikan dalam reportase anda menarik.

Kita yang mereport, kita yang bertanggung jawab hehehe

Jadi kenapa harus menunggu untuk menjadi reporter beneran jika anda bisa menjadi reporter untuk media anda sendiri?!?

12 pemikiran pada “Citizen Journalism-sebuah catatan dari pesta blogger 2009

  1. Citizen journalistik itu tanggung jawabnya hanya pada diri sendiri dan publi. ga ada lagi hubungan ama redaksi. begitu kali ya

  2. Saya melakukannya. Rasanya menyenangkan. Tidak perlu jadi wartawan sungguhan jika saya hanya ingin informasi dari saya bisa diakses orang banyak.

    Bahaya dari citizen journalism cuma satu, informasi yang salah bisa menyesatkan banyak orang dan menimbulkan chaos yang tidak perlu, apalagi jika disalahgunakan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab. Contohnya yang paling populer adalah SMS keji yang mengaitkan gempa Sumatera lalu dengan ayat-ayat al-Qur’an.

    • o gitu yaaa… saya baru mau mulai neh hehehe… yup bener tuh, bisa jadi hoax juga. kayak awan mata itu loh, udah ada dari jaman kapan tau kan? heuheuheue
      btw salam kenal mbak vicky, trims sudah mampir ke blog catatan saya.

  3. Siap, laporkan yang ada di sekitar kita via Twitter kali ya lebih enak… Dan beberapa media mean-stream macem Detik, suka “meliput” apa yang dilaporkan Twitwot menjadi berita di websitenya.

  4. @hadisome: heu-euh salah tuh ejaan namanya… wkwkwk

    @mang kumlod: jangan sampai twittering menggantikan blogging. tweeting sesuatu yang sedang terjadi bisa dilakukan semua orang, tapi tantangan yang sebenernya untuk menjadi citizen journalist adalah mereport kejadian itu secara utuh layaknya news yang disampaikan o/ professional journalist. kalo kata p’nukman luthfie kemaren, sulit sekali menemukan blogger di pesta blogger yang khusyu dan konsisten merawat blognya, instead lebih banyak “blogger murtad” yang lebih sering twitteran. wah, kerja keras nih gw biar balik jadi “blogger tobat”… wkwkwk

    • @peanut: duh, mana udah dimuat tuh di kompasiana wkwkwkwkwk.
      kata gw sih enakan ngeblog, emang berasa jadi wartawan beneran. btw kemaren lo ampe tamat li? gara2 si mangkum neh, gajadi dapet doorprize hahaha.
      untung gw blogger baru, jd masih innocent hahaha, gapake murtad.

      twiting masih belon ngerti ah, enaknya dmn hahaha
      neng, tukeran link dong

Tinggalkan komentar